Pages

Selasa, 24 Maret 2015

HERE WE ARE : LEMUKUTAN ISLAND (1)

Perjalanan yang sudah saya nantikan sejak akhir tahun 2014 lalu, akhirnya terlaksana. Girangnya bukan kepalang. Sampai - sampai snack yang saya beli tidak cukup dimuat ke dalam ransel. Ayam yang sudah dibumbui pun sampai dua kali penambahan kuotanya karena dikuatirkan jumlahnya tidak mencukupi, untuk kami yang rencananya ke Pulau Lemukutan, terbilang 4 orang.
Rasanya malam itu, saya sulit tidur. Seperti anak kecil yang kadung merasa sangat senang. Tak sabar menunggu matahari esok pagi. Tas yang bolak balik saya cek, tampak semakin sarat saja. Kamera mana kamera, bukankah itu yang terpenting ?

Rabu, 18 Februari 2015.
Pukul 4 subuh. Berlomba bangun pagi mendahului ayam jago. Saya melompat dari tempat tidur, mandi dan wudhu. Setelahnya saya kembali memeriksa ransel kecil saya, memastikan sikat gigi, pembersih wajah dan sunblock sudah menjadi bagian isi tas. Ada juga tissue basah antiseptic, gel pembersih tangan, handwash, slayer, sarung tangan, kaus kaki, lipconditioner, dompet dan kamera.

Adzan terdengar, saya membangunkan suami. Setidaknya saya sudah lebih awal 20 menit, sempat mengemasi diri ini - itu. Hahaha...biasalah perempuan, kalau masalah kemas-kemas sebelum berangkat itu rada rempong. Alhasil, tetap, pada akhirnya suami dan teman masih menunggu saya bersiap-siap, mencari kaus kaki, sarung tangan dan slayer yang ternyata sudah nangkring manis di dalam tas. Parrraahh...
Pukul 05.40 kami bertolak dari rumah. Matahari pagi sudah sedikit ramah hari itu, saya sangat ingat karena dalam doa-doa saya sebelum tidur adalah memohon hari yang cerah, agar perjalanan kali ini tersampaikan, selamat sampai kembali lagi nanti ke rumah.
Sempat singgah menikmati kopi dan sebutir telur rebus di warung kopi Sei Pinyuh. Istirahat kurang lebih setengah jam. Meluruskan kaki dan mengisi perut yang sudah menagih sarapan. Kami bertiga yang sama-sama belum pernah ke Lemukutan asik membicarakan Bukit Jamur, Bengkayang bahkan Raja Ampat, Papua. Sama-sama pemimpi yang senang travelling. Semoga sehat, jadi bisa jalan-jalan lagi.

Pukul 08.30, mungkin sedikit lebih awal, kami tiba di Teluk Suak. Sampai di dermaga yang hiruk-pikuk urusan datang-angkut-pergi dari motor air ke daratan. Kami berencana membawa kendaraan roda dua yang kami pakai dari Pontianak, mengingat Pulau Lemukutan yang pernah kami lihat dari Randayan adalah pulau yang cukup besar. Bertanya-tanya apakah motor dapat diangkut serta. Yak, begitu disepakati dan biaya pengangkutan kendaraan, deal, motor cantik kami pun disusun rapi di motor air.
Biaya :
  • Perorang  Rp.20.000,-
  • Kendaraan bermotor roda dua Rp.20.000,-
  • Jasa angkut motor ke dalam motor air Rp.5.000,-
Maka biaya kami bertiga dengan dua buah motor totalnya menjadi Rp.110.000,-

Seharusnya kami menunggu sepupu yang turun dari Pemangkat. Mereka yang masih dalam perjalanan tentu membuat kami gusar. Mengandalkan inisiatif, kami memilih satu motor air, lalu selesai motor bebek kami dimuat ke dalam motor air, kami memutuskan menunggu sepupu di motor air yang bergerak naik turun perlahan di atas perairan yang dangkal.
Ting tong. Sepupu beserta rombongan datang. Mereka yang sudah berpengalaman ke Lemukutan memilih untuk naik di motor air yang satunya lagi. Hah??? Kenapa???

Dermaga Teluk Suak
Ternyata oh ternyata, motor air yang kami naiki itu menuju ke Teluk Melano, yang merupakan salah satu dermaga kecil di Pulau Lemukutan, namun sebenarnya sepupu dan rombongan sudah menyiapkan homestay di Teluk Cine yang merupakan dermaga kecil di sisi lain pulau. Ditambah lagi, ternyata dermaga di Teluk Melano separuhnya ambruk diterjang ombak maka akan sulit untuk kami yang membawa kendaraan roda dua merapat di sana. Terbayangkan motor bebek harus dimuat lagi ke dalam perahu lenggar menerjang ombak karena motor air akan sulit merapat ke tepi pulau, takut bocor dilukai batuan.
Mengesalkannya lagi, di motor air kami tidak ditumpangi bule...itu lho produk luar negeri yang berambut pirang dan matanya biru. Hehehe, rombongan sepupu yang ternyatanya lagi berlayar duluan, mendahului kami. Ouch...double triple kuartet deh geramnya.
Huhu, mendapat lambaian tangan. Bule ada bule...
Menikmati rasa geram karena mendapat lambaian tangan ditinggal rombongan, kami eh saya mulai mengacak-acak isi tas plastik besar yang berisi setempat besar 9 potong dada ayam yang sudah dibumbui, dan snack ini-itu yang siap disantap. Cepat saja tangan memilih snack. Tidak hanya satu bungkus, 3 bungkus selesai saya kemas sembari menanti motor air berangkat.
Tik tok tik tok. Kami menanti muda-mudi yang entah antah berantah. Sejam lebih menanti. Akhirnya penantian membuahkan hasil. Air sedang surut, bahkan untuk ke tengah saja kami memerlukan waktu kurang lebih 20 menit. Tik tok tik tok. Hahaha...lengkap sudah perjuangan. Saya menikmati view dermaga yang semakin menjauh. Senang rasanya dapat benar-benar berangkat.
Pukul 11 kurang 10 menit, motor air melaju sedang. Ombak menyambut kami dengan ramah. Pada tahun 2013 kami pernah mengalami ombak yang lebih gila, maka ombak kali ini saya rasa tidak cukup mengancam. Tetapi ternyata penumpang banyak yang menderita. Menderita karena mabuk laut. Muda - mudi yang membuat kami menunggu tadi, semula duduk di atas atap motor air, perlahan turun, dan sebagian memuntahkan isi perutnya.
Pukul 12 lewat 40 menit kami yang masih terombang-ambing di motor air menanti masuk dalam antrian perahu menuju pulau menikmati pemandangan pulau dari kejauhan. Subhanallah.
Setelah penumpang berkakinya lengkap di sampai di desa Teluk Melano, satu persatu barang bawaan penumpang beserta kendaraan roda dua kami diangkut muat ke dalam perahu. Menyaksikan motor roda dua yang kami bawa, mendarat dengan bantuan dua buluh bambu...terang saja membuat cemas. Bagaimana jika si bebek dan si vixion nyebur ke air asin. Tak kan tertolong. Setengah pasrah dan setengahnya lagi kesal. Saya kelaparan mengisi waktu menunggu dengan membuka lagi bungkusan snack dan jepret foto sana-sini.
Motor jadi raja, dianggung dengan bambu

Merapat sampai selamat...
Pukul 13.45 menit kami meneruskan perjalanan kami dengan kendaraan roda dua yang tidak mabuk laut, menuju ke rumah Bang Jemi dan Eka, psangan yang rumahnya kami tempati selama dua hari ini.
Berbekalkan info dari Agus dan Aci yang sudah menunggu kami dengan cemas sejak siang tadi, mereka rombongan yang beruntung, datang awal dan jelasnya lagi sudah makan siang. Hahaha.
Sesampainya kami di homestay, setelah mengisi perut, mandi dan shalat, kami dua rombongan dari Pontianak dan Pemangkat bersatu padu meramaikan pulau yang memang sudah ramai. Motor kembali dinyalakan. Kami memutuskan untuk mengunjungi desa sebelah yang tadi, tempat kami merapat dari lautan, Teluk Melano. Berencana berenang, dengan mengenakan baju plus jilbab yang disediakan untuk berenang, namun sayang ombak masih tidak bersahabat. Angin terlalu kencang.
*nyambung besok yah, mata udah sisa 5 watt.

Menuju ke Teluk Cine

Sampai di homestay

*******


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Template by BloggerCandy.com