Pages

Selasa, 24 Maret 2015

HERE WE ARE : LEMUKUTAN ISLAND (2)

Perjalanan yang dinanti-nanti. Pulau Lemukutan yang pantainya dihiasi bebatuan. Bukan pantai pasir putih. Bebatuan tersusun acak, menahan ombak yang tampaknya ramah sekali. Sore itu, masih di hari kedatangan kami, meskipun sudah bersiap-siap dengan kostum yang dibawa untuk bermain air, harus ditunda karena angin dan ombak yang cukup kencang.
Tak mengapa, tokh kami memang berencana bermalam. Jika tidak hari ini ya esok hari, seharian bila perlu. Hahaha...sampai kulit keriput gitu??? Mana tahaan...
Tidak kesampaian main air laut, kami menyalurkan hobi pada kamera. Lagi-lagi jepret sana-sini. Ini-itu. Tongsis pun sampai dikeluarkan dari peti harta karun. Masing-masing dengan kameranya. Masing-masing dengan gayanya. Saya, Aci, Galug dan Agus yang memang anggota Himagipho alias Himpunan Manusia Gila Photo, melanjutkan misi kami dengan berbagai gaya memegang kamera demi mendapatkan sudut foto yang bagus.

Angin dan ombak yang ramah

View di depan penginapan di Teluk Melano

Kamera mana kamera???

Puas pasang gaya di bebatuan, kami meneruskan jalan-jalan ke dermaga yang ambruk setengah, Teluk Melano. Selalu menarik perhatian saya adalah aktivitas manusianya. Pantai pasir berlumpur yang kering karena sedang surut, dijadikan lapangan sepakbola. Seru. 

Aktivitas muda-mudi sore hari di dermaga Teluk Melano

Hari semakin petang. Matahari pun malu-malu bersembunyi di balik gumpalan awan yang menghitam. Saatnya kami pulang. Rasanya sudah lapar lagi. Gagal sudah diet saya. Ditambah lagi saya tidak dapat ber-yoga ria seperti biasanya. Ah, sudahlah. Hari itu saya tokh tidak ingat sama sekali. Sesampainya kami di rumah Bang Jemi, memang saja gila, kami justru memutuskan untuk mengunjungi dermaga Teluk Cine. Masih dengan bekal snack dan kamera, tapi kali ini dengan berjalan kaki karena dermaga tidak jauh dari rumah inap kami. Sesampainya di sana, dua beradik ini meneruskan niatnya mandi air laut. Saya??? Berhubung karena sedang kelaparan, saya memutuskan hanya duduk di tepi dermaga yang berpapan kayu. Ingin, tapi sudah menerka air laut akan cukup dingin, jadi urung berenang. 
dermaga Teluk Cina

Aktivitas sore hari dengan perahu

Dingin-dingin pun hantam jee...

Hampir magrib, kami berlima ; saya, Aci, Galuh, Agus dan suami Agus kembali pulang. Sesampainya di rumah, cacing perut yang keroncongan berganti aliran menjadi sedikit rock. Olala, 
Alhamdulillah setelah perut kenyang, kami menikmati malam di pulau yang listriknya baru saja mengalir dari pukul 5 sore hingga 6 pagi. Sebelumnya saya sudah pernah menikmati malam di daerah-daerah tanpa listrik, dan entah mengapa untuk liburan, justru tempat seperti ini yang menjadi incaran saya. Tempat yang jauh dari tehnologi, hiruk-pikuk manusia dengan gadgetnya, senyap dan pastinya dapat dengan leluasa menikmati bintang-bintang.
Akan tetapi, jreng!!!
Saya, Aci dan Apon yang sedang asik duduk di teras rumah inap kami terperanjat. Hohoho.
Tanpa disangka, tetangga di depan rumah menyalakan dvdnya dan berkaraoke ria. Hehehe. Kepala saya juga asik menikmati hentakan musik yang cukup nyaring tersebut. Rasanya bumi ikut bergetar. Saya tersenyum penuh arti. Musik adalah hal yang saya sukai. Tapi di saat libur seperti ini, yang dimana saya dan suami memang sengaja menghindari keramaian kota dan tepatnya malam itu malam Tahun Baru Imlek yang tentu di Pontianak akan sangat ramai. Kedatangan kami ke pulau dengan harapan menikmati ketenangan. Well, kejutan yang tidak diharapkan tapi tetap saja asik dan menyenangkan. Yah, hitung-hitung menambah kenangan, semilir angin pulau yang basah dengan lantunan dangdut dan melayu yang syahdu. Hasseekk...
Malam semakin pekat. Suami dan Bang Jemi masih asik dengan papan caturnya. Kami secara bergantian duduk di kursi teras yang semula ada di runag tamu. Satu-persatu dari kami mulai menemui bantal. Kali ini formasi duduk di teras sudah menjadi saya, suami, Apon dan Aci. Nyaris tengah malam. Akhirnya mata tidak lagi dapat diajak kompromi. Tokh, senandung dangdut dan melayu dari tetangga depan rumah sudah selesai sejam yang lalu. Saya dan suami memutuskan untuk beristirahat. Sempat menyalakan lampu, saya membaca buku yang saya bawa dari Pontianak dengan harapan dapat segera berlayar. Maklum jika di tempat yang menarik seperti ini, mata saya benar-benar sulit diajak istirahat.
Berharap bangun dalam keadaan sehat, menyongsong matahari pagi yang semoga cerah.
Berlayar di pantai kapuk dimulai.
Liburan esok hari dilanjutkan.
*******



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Template by BloggerCandy.com