Pages

Selasa, 30 Desember 2014

OPEN WATER (2003), MAY OPEN OUR EYES

Selesai urusan rumah tangga, sebelum tahun Masehi benar - benar berganti baru. Insya Allah esok hari pun kami bertolak mengunjungi pulau cantik terdekat, honeymoon kesekian. Mengingat keberangkatan esok dekat sekali dengan suasana pantai dan laut lepas dan beberapa hari ini berita duka menjawab insiden hilangnya pesawat AirAsia QZ850 yang akhirnya setelah pencarian selama tiga hari diklaim berhasil ditemukan serpihan dan korban mengapung di Perairan Selat Karimata, Pangkalan Bun. 
Innaillahi wa innaillahi raji'un. Semoga keluarga yang ditinggalkan dapat tabah, yang berpulang dalam keadaan sebaik - baiknya.
Saya jadi teringat dengan film ini, "Open Water" (2003). Rasa panik dan frustasi di lautan lepas tergambar di sini. Film yang meninggalkan kesan, gagahnya alam dan kecilnya manusia.



Film yang mengisahkan sepasang suami istri yang menghilang di lautan Atlantik. Kisah yang menyentuh dan meninggalkan kesan mendalam, tentang lautan, tentang manusia yang bukanlah sesiapa jika bukan di daratan, jika bukan tanpa tehnologi, meski semangat hidup begitu kuat. Film ini mengingatkan saya, betapa manusia begitu lemah, betapa alam begitu gagah. Sebenarnya film ini sedikit kurang apik dan entahlah cukup menggangu jika dikatakan sebagai film yang diangkat dari kisah nyata, karena pada dasarnya tidak ada satupun kemiripan dari kisah nyata yang diangkat. Entahlah rasanya ada yang kurang, meskipun saya menonton film ini baru sekali, cukuplah, pesan tentang laut yang begitu misterius sudah berhasil diresap sampai ke tulang sum - sum.
Tontonan ini wajib dengan Bimbingan Orangtua. Seingat saya, film ini memerlukan skip karena satu adegan yang patut di sensor. Entahlah, seingat saya sih begitu. Soalnya kami menonton sekeluarga, beruntung ada juru sensor di rumah...Mom and Dad.

Aktor dan Aktris :  Blanchard Ryan, Daniel Travis, Saul Stein

Susan (Blanchard Ryan) dan Daniel (Daniel Travis), adalah sepasang suami istri yang memilih liburan untuk berhenti sejenak dari kehidupan alkohol mereka. Dalam keputusan akhir mereka untuk menentukan liburan, pekerjaan Susan membimbing mereka untuk memilih tujuan, termasuk wisata menyelam.
Pertamanya sangat mengasyikan, namun saat mereka sadar bahwa kapal mereka sudah tidak berada disana, mereka tiba-tiba panik karena menyadari daerah itu terdapat banyak sekali ikan hiu ganas. Setelah beberapa saat, mereka mulai merasa kedinginan, lelah, dehidrasi dan yang lebih buruk – mereka harus bergelut dengan ikan-ikan hiu. Untunglah Daniel yang sering menyaksikan acara Shark Week di televisi, tidak asing dengan keadaan ini. Waktu berlalu sangat lama, dengan pantulan sedikit cahaya, mereka mencoba melalui mimpi buruk ini. Ketegangan merasuk dalam adrenalin mereka.
(sumber. kapanlagi.com)

Berdasarkan info yang saya peroleh, film ini mengangkat kisah nyata pasangan Tom and Eileen Lonergan yang keliru terdampar di Laut Koral pada tanggal 25 Januari 1998. Lonergans mengikuti scuba diving berkelompok di karang St. Crispin di Australia Great Barrier Reef . Perahu yang mengangkut kelompok penyelam ini berangkat sebelum Lonergans kembali dari air. Tak satu pun dari awak kapal atau penumpang melihat bahwa kedua tidak datang untuk kembali naik. Pasangan Lonergans tidak pernah ditemukan dan diduga telah meninggal di laut.
Namun sayangnya, film ini sepenuhnya menggunakan nama tokoh yang berbeda dari aslinya dengan kisah yang juga jauh berbeda dari sebenarnya, karena kecelakaan yang dialami oleh pasangan Lonergans masih menjadi tanda tanya dengan banyak asumsi yang belum terjawab.

Film dengan low budget ini meski memiliki banyak kekurangan dalam penyajiannya, namun dapatlah kiranya penonton mengambil saripati pesan mengenai kelemahan manusia saat kakinya tidak lagi menjejak daratan. Saat paru - parunya bukanlah insang. Saat air menjadi begitu mendominasi dan isi lautan tampak begitu tidak familiar.
Semoga dengan begini, kita dapat lebih memahami rasa frustasi yang dialami oleh para korban kecelakaan di lautan. Semoga kita menjadi lebih berempati dan dapat lebih berhati - hati dalam membagi, mengomentari atau apapun, sehingga tidak melukai pihak lain yang sedang berduka.

Penuh cinta,

Ameldalia


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Template by BloggerCandy.com