Waktu : Jum'at, 20 September 2013 (07.00 pm) - Ahad, 22 September 2013 (10.00 am)
Lokasi : Pantai Temajuk Desa Temajuk Besar Kec. Paloh Kabupaten Sambas Kalimantan Barat Indonesia.
Object : Beach / Pantai
Subject : Two Male and One Female / Dua Laki - Laki Bolang dan Satu Perempuan Cantik. (hahaha...)
Subject : Two Male and One Female / Dua Laki - Laki Bolang dan Satu Perempuan Cantik. (hahaha...)
20 September 2013, hari Jum'at, kami berangkat kurang lebih pukul 13.30.
Bagi banyak insan yang sudah terlebih dahulu melalang buana ke banyak tempat wisata yang lebih super duper daripada yang saya kisahkan di bawah ini, mungkin kisah yang saya tuturkan tidak lebih dari cerita basi belaka. Tapi saya pribadi mungkin termasuk karakter yang cukup mudah menikmati petualangan dan mengingatnya sebagai kenangan yang luar biasa. Berikut semoga dapat menjadi rujukan yang sarat informasi menarik. Perjalanan kami mulai dari Kecamatan Sambas menuju Kecamatan Paloh.
Start dimulai dari toko fotokopi yang merupakan lahan saya dan suami menjemput rezeki yang letaknya di Dusun Manggis Desa Tumuk Manggis Kecamatan Sambas. Menuju ke Tanjung Ketat dengan kendaraan bermotor roda dua. Dilanjutkan dengan menyebrangi Sungai Sekura yang cukup lebar dan deras menggunakan motor air atau dapat juga dengan menaiki Ferri penyeberangan. Kira - kira biaya untuk satu motor Rp. 5.000,00 (motor air), sedangkan untuk biaya penyebarangan menggunakan Ferri Rp. 7.000,- untuk satu motor, pengendara dan penumpangnya.
Favorite pic of Pantai Temajuk |
Start dimulai dari toko fotokopi yang merupakan lahan saya dan suami menjemput rezeki yang letaknya di Dusun Manggis Desa Tumuk Manggis Kecamatan Sambas. Menuju ke Tanjung Ketat dengan kendaraan bermotor roda dua. Dilanjutkan dengan menyebrangi Sungai Sekura yang cukup lebar dan deras menggunakan motor air atau dapat juga dengan menaiki Ferri penyeberangan. Kira - kira biaya untuk satu motor Rp. 5.000,00 (motor air), sedangkan untuk biaya penyebarangan menggunakan Ferri Rp. 7.000,- untuk satu motor, pengendara dan penumpangnya.
Kami memutuskan menggunakan motor air yang berarti kami akan turun di Sekura. Dari Sekura kami meneruskan perjalanan melalui jalan darat masih dengan kendaraan bermotor roda dua kami menuju Kecamatan Paloh. Sesampainya kami di penyebrangan kedua yaitu di Sungai Sumpit yang menggunakan (saya menamainya) tongkang kayu dilengkapi dengan motor/mesin. Kebetulan saya tidak menjumpai kendaraan bermotor roda empat yang akan menyebrang sehingga saya tidak dapat memberikan gambaran tentang penyebrangan kendaraan bermotor roda empat dari Sungai Sumpit ke Desa Ceremai. Biaya penyebrangan Sungai Sumpit menuju Desa Ceremai untuk satu kendaraan bermotor beserta pengendara dan penumpangnya Rp. 10.000,-.
Pemandangan lahan yang begitu luas dibuka membuat saya sedikit merasa gusar. Sepertinya pembangunan jalan dan pelebaran jalan mengundang pengolah lahan secara terbuka untuk memberdayakan lahan tidurnya menjadi perkebunan, sepertinya kebun kelapa sawit milik beberapa warga dan (selalu saya sangat berharap selebihnya lagi bukanlah) untuk kebun kelapa sawit.
Tongkang kayu dari Sungai Sumpit menuju Desa Ceremai |
Pemandangan dari tengah sungai |
Oke lanjut lagi. Sesampainya di Desa Ceremai kita akan menemui kedai yang menjual makanan dan satu mushola kecil bagi yang ingin singgah untuk makan istirahat dan shalat (bagi yang muslim) dan saya sarankan demikian jika sudah masuknya waktu shalat karena perjalanan masih cukup menyita waktu.
Kondisi jalan dari Desa Ceremai menuju Desa Temajuk pada saat itu masih dalam kondisi pengerasan dan pelebaran (aamiin). Kondisi jalan di Desa Ceremai masih sempit, bergelombang, berpasir dan berdebu (karena saat itu hari cerah). Saya tidak dapat menggambarkan perjalanan yang dilakukan dari tepi pantai sepanjang Desa Ceremai menuju Desa Temajuk karena yang kami lewati adalah jalan daratnya.
Sesampainya di Desa Temajuk Kecil akan dijumpai tugu (masih dalam pembangunan) yang kabarnya adalah tugu dengan patung Burung Garuda sebagai lambang penegas bahwa Desa Temajuk masih merupakan bagian dari Republik Indonesia.
Dalam pengerjaan "Tugu Garuda" |
Sebagai turis domestik yang sangat domestik (hahaha...karena berasal dari satu Kabupaten yang sama), saya atau kami suami istri tepatnya, jika tanpa pemandu atau seseorang yang pernah kemari sebelumnya sudah tentu akan sangat kesulitan menemukan pantai dan villa yang dikelola oleh Pak Atung.
Pemandangan sebelum sampai ke villa Pak Atung. Dokumentasi diambil sore hari Sabtu 21 September 2013 |
Dokumentasi diambil Minggu pagi, 22 September 2013 |
Pondok Wisata / Villa Pak Atung |
Pukul 19.00 atau pukul 07.00 malam (lewat sedikitlah tentunya) kami tiba di villa. Hmm...gambaran villa yang umum ditemui di pantai pesisir tanah Kalimantan Barat dengan kondisi toilet yang bersih seadanya dengan air tawar bersih minim tidak saya temui di sini. Di sini air tawar dari mata air di Bukit melimpah. Kondisi kamarnya juga sangat menenangkan. Baru saja tiba saya sudah yakin dapat betah. Biaya penginapan kamar semalam untuk kamar biasa tanpa fasilitas kamar mandi pribadinya Rp. 100.000,- sedangkan untuk kamar istimewa dengan fasilitas kamar mandi pribadi Rp. 150.000,-. Tersedia pula bilik dari bambu yang minimalis banget dengan harga Rp. 70.000,- untuk per tiap malamnya.
Pantai...karena penerangan yang terbatas (masih dengan Genset berbahan bakar fosil) dari dekat villa belum begitu dapat dinikmati. Setelah mengisi kampung tengah yang cacing - cacingnya sudah rock en roll sejak di perjalanan dari Masjid yang menyambut kami di Desa Temajuk Besar menuju villa ini, kami memutuskan untuk berkemas dan istirahat sebentar di beranda villa lalu barulah berjalan - jalan menikmati riuhnya ombak dan pasir pantai di sela - sela jemari kaki di bawah sinar rembulan yang bulat penuh. Ah waktu yang tepat bagi yang sedang dimabuk asmara dan berbulan madu. Tepatlah kami nobatkan ini sebagai honeymoon kami yang ketiga kalinya dalam usia pernikahan yang baru saja empat tahun dua bulan lima belas hari.
21 September 2013. Hari Sabtu.
Bebatuan di tepi pantai |
Bersiap - siap snorkling |
Sore hari, usai shalat Ashar, kami menuju tanah tetangga Teluk Melano.
jalan yang dilewati cukup bagus dengan lebar jalan yang tak seberapa. Perkebunan karet mendominasi di hampir sepanjang jalan. Kami ditemani Pak Atung berkunjung ke Teluk Melano. Sesampainya di sana, tidak begitu berbeda. Hanya saja rumah panggung (rumah yang begitu tinggi dari tanah) masih banyak ditemui di sini. Fasilitas air bersih dari Pemerintah Malaysia begitu mengesankan bagaimana mencoloknya keseriusan pemerintah negeri jiran tersebut pada masyarakat perbatasannya. Fasilitas air bersih dari air laut ini bukan tehnologi asing bagi kita, hanya saja untuk mendapatkan fasilitasnya adalah hal yang langka menurut kebanyakan masyarakat Indonesia. Ketertarikan Pak Atung pada fasilitas air bersih di Teluk Melano, memberikan gambaran yang lagi - lagi mengesankan bahwa masyarakat perbatasan kita sangat antusias pada kemajuan daerahnya hanya saja masih tertinggal secara dana dan sumberdaya manusia dalam merealisasikannya. Di Teluk Melano, bangunan Sekolah Dasarnya tampak besar dan mewah daripada bangunan lainnya. Ada terdapat Perpustakaan Desa. Wow, budaya membaca menjadi target pemerintah di sini ternyata, lalu bagaimana dengan kita ? Aahh lagi lagi saya terlalu memikirkan hal - hal yang sarat politik dan pemerintahan. Bukan karena saya tertarik berkecimpung di dalamnya, hanya saya merasa sangat iris dengan kenyataan yang disuguhkan para ahli politik dan pemerintahan negeri tercinta ini.
Pantai di Teluk melano |
Waktu menjelang larut malam. Saat kami sedang asyik saling bertukar cerita di bangku menghadap pantai, saya dibuat tertarik pada hewan -mate lembu-. Bagaimana rupa bentuk binatang bernama mate lembu, membuat saya dan suami akhirnya menyisir pantai di malam minggu yang saat itu sedang ramai dikunjungi remaja merajut asmara. Sepasang suami istri yang mencari -mate lembu- menjawab rasa penasaran saya. Oh, sejenis keong bercangkang yang bentuk lunaknya seperti kuning telur ayam yang digoreng -mate sapi-.
Penyu kembali dilepaskan ke laut |
22 September 2013, hari Ahad / Minggu.
Pagi ini, saya baru merasakan pegal yang cukup wow. Haha, batuk pun sudah menghampiri saya tanpa diundang. Hal yang biasa untuk stamina yang memang saya gunakan ekstra beberapa hari ini.
Setelah mandi dan berkemas, pukul 10.00 pagi, kami meninggalkan villa dan jejak kami di pasir pantai Temajuk. Kembali menyusuri jalan darat (bukan pantai) kami sempat singgah ke beberapa tempat dengan pemandangan yang juga berkesan wow. Maha Suci Rabb Pemilik Seluruh Alam Semesta.
Pantai Buaian di Desa Temajuk Kecil yang sempat kami singgahi dalam perjalanan pulang |
Catatan : beberapa keperluan yang saya rasa cukup penting untuk dibawa dalam perjalanan jauh :
- Kamera tentu saja.
- Perlengkapan P3K seperti obat luka luar, plester penutup luka, perban, kapas, alkohol.
- Obat - obatan yang saya anggap dasar seperti Paracetamol, tablet kina.
- Vitamin C dan Vitamin B bila dianggap perlu.
- Minyak Sereh atau sejenisnya untuk mencegah gigitan nyamuk.
- Minyak angin atau minyak kayu putih dan balsem.
- Gunting atau pisau cutter.
Semoga Bermanfaat.
Be Fit, Focus and Fresh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar