Pages

Sabtu, 28 September 2013

PANTAI TEMAJUK, PALOH


Waktu :  Jum'at, 20 September 2013 (07.00 pm) - Ahad, 22 September 2013 (10.00 am)
Lokasi :  Pantai Temajuk Desa Temajuk Besar Kec. Paloh Kabupaten Sambas Kalimantan Barat Indonesia.
Object :  Beach / Pantai
Subject : Two Male and One Female / Dua Laki - Laki Bolang dan Satu Perempuan Cantik. (hahaha...)

20 September 2013, hari Jum'at, kami berangkat kurang lebih pukul 13.30.  
Bagi banyak insan yang sudah terlebih dahulu melalang buana ke banyak tempat wisata yang lebih super duper daripada yang saya kisahkan di bawah ini, mungkin kisah yang saya tuturkan tidak lebih dari cerita basi belaka. Tapi saya pribadi mungkin termasuk karakter yang cukup mudah menikmati petualangan dan mengingatnya sebagai kenangan yang luar biasa. Berikut semoga dapat menjadi rujukan yang sarat informasi menarik. Perjalanan kami mulai dari Kecamatan Sambas menuju Kecamatan Paloh.
Favorite pic of Pantai Temajuk


Start dimulai dari toko fotokopi yang merupakan lahan saya dan suami menjemput rezeki yang letaknya di Dusun Manggis Desa Tumuk Manggis Kecamatan Sambas. Menuju ke Tanjung Ketat dengan kendaraan bermotor roda dua. Dilanjutkan dengan menyebrangi Sungai Sekura yang cukup lebar dan deras menggunakan motor air atau dapat juga dengan menaiki Ferri penyeberangan. Kira - kira biaya untuk satu motor Rp. 5.000,00 (motor air), sedangkan untuk biaya penyebarangan menggunakan Ferri Rp. 7.000,- untuk satu motor, pengendara dan penumpangnya.
Kami memutuskan menggunakan motor air yang berarti kami akan turun di Sekura. Dari Sekura kami meneruskan perjalanan melalui jalan darat masih dengan kendaraan bermotor roda dua kami menuju Kecamatan Paloh. Sesampainya kami di penyebrangan kedua yaitu di Sungai Sumpit yang menggunakan (saya menamainya) tongkang kayu dilengkapi dengan motor/mesin. Kebetulan saya tidak menjumpai kendaraan bermotor roda empat yang akan menyebrang sehingga saya tidak dapat memberikan gambaran tentang penyebrangan kendaraan bermotor roda empat dari Sungai Sumpit ke Desa Ceremai. Biaya penyebrangan Sungai Sumpit menuju Desa Ceremai untuk satu kendaraan bermotor beserta pengendara dan penumpangnya Rp. 10.000,-.
Tongkang kayu dari Sungai Sumpit menuju Desa Ceremai
Pemandangan dari tengah sungai
Pemandangan lahan yang begitu luas dibuka membuat saya sedikit merasa gusar. Sepertinya pembangunan jalan dan pelebaran jalan mengundang pengolah lahan secara terbuka untuk memberdayakan lahan tidurnya menjadi perkebunan, sepertinya kebun kelapa sawit milik beberapa warga dan (selalu saya sangat berharap selebihnya lagi bukanlah) untuk kebun kelapa sawit.
Oke lanjut lagi. Sesampainya di Desa Ceremai kita akan menemui kedai yang menjual makanan dan satu mushola kecil bagi yang ingin singgah untuk makan istirahat dan shalat (bagi yang muslim) dan saya sarankan demikian jika sudah masuknya waktu shalat karena perjalanan masih cukup menyita waktu.

Kondisi jalan dari Desa Ceremai menuju Desa Temajuk pada saat itu masih dalam kondisi pengerasan dan pelebaran (aamiin). Kondisi jalan di Desa Ceremai masih sempit, bergelombang, berpasir dan berdebu (karena saat itu hari cerah). Saya tidak dapat menggambarkan perjalanan yang dilakukan dari tepi pantai sepanjang Desa Ceremai menuju Desa Temajuk karena yang kami lewati adalah jalan daratnya.
Sesampainya di Desa Temajuk Kecil akan dijumpai tugu (masih dalam pembangunan) yang kabarnya adalah tugu dengan patung Burung Garuda sebagai lambang penegas bahwa Desa Temajuk masih merupakan bagian dari Republik Indonesia.

Memutuskan untuk beristirahat sejenak, kami singgah di salah satu warung kopi milik Pak Haji yang tepat beberapa puluh meter dari tugu yang saya sebutkan di atas. Hari sudah semakin gelap. Kami menghabiskan waktu magrib di sini. Setelahnya kami meneruskan perjalanan menju Desa Temajuk Besar. Kondisi jalan sudah jauh lebih lebar. Hanya saja masih berdebu dan masih dalam pengerasan. Beberapa ratus meter sebelum memasuki gerbang Desa Temajuk Besar (mungkin karena jumlah penduduknya lebih banyak daripada desa sebelumnya sehingga dinamai "besar"...hehehe kambuh deh sotoy saya...harap makluuuum yaaa) jalan masih tebal ditutupi oleh pasir ("gabboh" bahasa Sambasnye) sehingga cukup memperlambat perjalanan. Kabar baiknya jalan ini sedang dalam tahap pengerasan dengan semen. Ah, semoga segera keras dan tetap keras untuk waktu yang lama agar mempermudah perjalanan dari dan keluar Desa Temajuk ke Desa lainnya.
Dalam pengerjaan "Tugu Garuda"
Perbincangan kami dengan pemilik warung sambil menyeruput secangkir kopi susu, memberikan gambaran bahwa sebenarnya masyarakat sekitar daerah wisata Temajuk yang juga merupakan daerah perbatasan dengan negeri jiran adalah masyarakat yang cukup terbuka, berwawasan dan sangat bersemangat untuk memajukan daerahnya. Semoga pemerintah di daerah terkait dan pemerintah pusat dapat menyadari ini dengan segera sehingga dapat terwujud dengan segera pula kemajuan pariwisata dan sosial perekonomian di salah satu daerah perbatasan Republik Indonesia tercinta (aahh saya seperti berkampanye saja...).
Sebagai turis domestik yang sangat domestik (hahaha...karena berasal dari satu Kabupaten yang sama), saya atau kami suami istri tepatnya, jika tanpa pemandu atau seseorang yang pernah kemari sebelumnya sudah tentu akan sangat kesulitan menemukan pantai dan villa yang dikelola oleh Pak Atung.

Pemandangan sebelum sampai ke villa Pak Atung. Dokumentasi diambil sore hari Sabtu 21 September 2013
Dokumentasi diambil Minggu pagi, 22 September 2013
Pondok Wisata / Villa Pak Atung


Pukul 19.00 atau pukul 07.00 malam (lewat sedikitlah tentunya) kami tiba di villa. Hmm...gambaran villa yang umum ditemui di pantai pesisir tanah Kalimantan Barat dengan kondisi toilet yang bersih seadanya dengan air tawar bersih minim tidak saya temui di sini. Di sini air tawar dari mata air di Bukit melimpah. Kondisi kamarnya juga sangat menenangkan. Baru saja tiba saya sudah yakin dapat betah. Biaya penginapan kamar semalam untuk kamar biasa tanpa fasilitas kamar mandi pribadinya Rp. 100.000,- sedangkan untuk kamar istimewa dengan fasilitas kamar mandi pribadi Rp. 150.000,-.  Tersedia pula bilik dari bambu yang minimalis banget dengan harga Rp. 70.000,- untuk per tiap malamnya.
Pantai...karena penerangan yang terbatas (masih dengan Genset berbahan bakar fosil) dari dekat villa belum begitu dapat dinikmati. Setelah mengisi kampung tengah yang cacing - cacingnya sudah rock en roll sejak di perjalanan dari Masjid yang menyambut kami di Desa Temajuk Besar menuju villa ini, kami memutuskan untuk berkemas dan istirahat sebentar di beranda villa lalu barulah berjalan - jalan menikmati riuhnya ombak dan pasir pantai di sela - sela jemari kaki di bawah sinar rembulan yang bulat penuh. Ah waktu yang tepat bagi yang sedang dimabuk asmara dan berbulan madu. Tepatlah kami nobatkan ini sebagai honeymoon kami yang ketiga kalinya dalam usia pernikahan yang baru saja empat tahun dua bulan lima belas hari.

21 September 2013. Hari Sabtu.
Pukul empat pagi saya sudah merasa segar. Kebetulan tamu di villa ini hanya kami bertiga (satu rombongan). Saya yang lupa rasa gentar pada makhluk halus, berjalan menuju tepi pantai, berdiri di sana untuk waktu yang lupa saya hitung sambil memandangi langit yang masih diterangi ratu malam yang bercahaya penuh tanpa selimut awan sedikitpun. Sayangnya kamera saya tidak mengabadikan suasana awal fajar. Menyadari pengelola sudah beraktivitas, mak ning Salus, menyadarkan saya telah masuknya waktu Subuh. Bukit yang tidak begitu tinggi di sebelah timur, membuat saya tidak dapat menyaksikan sunrise. Agak kecewa memang, tapi segera tergantikan dengan pemandangan pantai yang sebetulnya hampir sama dengan pantai - pantai yang pernah saya kunjungi, ada pasir dengan ombak manis bersahutan, dengan cukup banyak batu karang dengan beragam ukuran di tepinya. Yang membuat saya sangat tertegun adalah batu karang yang semula tidak tampak karena laut pasang. Saat laut surut, begitu luas tampak pantai yang ditepi - tepinya berbatu karang. Jika ingin memancing saya rasa dapat menyewa perahu akan lebih menjanjikan ikan yang melimpah. Pagi itu kami berjalan melewati batu - batuan yang memang harus dilewati karena laut sedang pasang, sedangkan dalam perjalanan kembali ke villa kami dapat melewati karang - karang yang tidak lagi digenangi air laut karena laut surut.

Bebatuan di tepi pantai
 Sesampainya kami di villa, kami ditawarkan snorkling untuk melihat terumbu karang yang terdapat cukup dekat pantai. Biaya penyewaan alat Rp. 10.000,- per satu set. Berhubung saat itu hanya ada kami bertiga saja, maka alatnya dapat kami gunakan selama yang kami inginkan. Sayangnya saya tidak memiliki kamera memadai yang dapat mendokumentasikan kondisi di dalam laut. Lebih sayangnya lagi, saat itu air laut sedang tidak jernih sehingga cukup menyulitkan untuk dapat melihat pemandangan undersea. Terumbu karang dan ikan - ikan yang berenang - renang seperti di dalam akuarium besar yang cantik. Hanya saja jika kita tidak mengenali tempat akan kecewa dengan terumbu karang yang itu - itu saja alias kurang variatif atau bahkan hanya berenang di atas hamparan pasir tergenang air laut (ini dialami pengunjung yang datang keesokan paginya).
Bersiap - siap snorkling
Siang hari, saya menikmati nyanyian ombak dan burung sambil berayun di ayunan yang sengaja dibentang di antara dua pohon Ketapang. Saya lupa waktu. Rasanya waktu berjalan terlalu cepat.
Sore hari, usai shalat Ashar, kami menuju tanah tetangga Teluk Melano.
jalan yang dilewati cukup bagus dengan lebar jalan yang tak seberapa. Perkebunan karet mendominasi di hampir sepanjang jalan. Kami ditemani Pak Atung berkunjung ke Teluk Melano. Sesampainya di sana, tidak begitu berbeda. Hanya saja rumah panggung (rumah yang begitu tinggi dari tanah) masih banyak ditemui di sini. Fasilitas air bersih dari Pemerintah Malaysia begitu mengesankan bagaimana mencoloknya keseriusan pemerintah negeri jiran tersebut pada masyarakat perbatasannya. Fasilitas air bersih dari air laut ini bukan tehnologi asing bagi kita, hanya saja untuk mendapatkan fasilitasnya adalah hal yang langka menurut kebanyakan masyarakat Indonesia. Ketertarikan Pak Atung pada fasilitas air bersih di Teluk Melano, memberikan gambaran yang lagi - lagi mengesankan bahwa masyarakat perbatasan kita sangat antusias pada kemajuan daerahnya hanya saja masih tertinggal secara dana dan sumberdaya manusia dalam merealisasikannya. Di Teluk Melano, bangunan Sekolah Dasarnya tampak besar dan mewah daripada bangunan lainnya. Ada terdapat Perpustakaan Desa. Wow, budaya membaca menjadi target pemerintah di sini ternyata, lalu bagaimana dengan kita ? Aahh lagi lagi saya terlalu memikirkan hal - hal yang sarat politik dan pemerintahan. Bukan karena saya tertarik berkecimpung di dalamnya, hanya saya merasa sangat iris dengan kenyataan yang disuguhkan para ahli politik dan pemerintahan negeri tercinta ini.
Pantai di Teluk melano
Oke kembali ke perjalanan ke Teluk Melano. Kondisi pantainya membuat saya terhibur, bagaimana tidak, pantai Temajuk tampak begitu luar biasa dibandingkan ini. Mungkin itu bentuk saya menghibur diri akibat otak saya yang hampir tidak berhenti kritisi diri dan pemerintahan. Untuk keramahtamahan, saya memberikan dua jempol tangan saya untuk masyarakat Desa Temajuk pada khususnya dan sebagian besar masyarakat negeri tercinta, Indonesia.
Waktu menjelang larut malam. Saat kami sedang asyik saling bertukar cerita di bangku menghadap pantai, saya dibuat tertarik pada hewan -mate lembu-. Bagaimana rupa bentuk binatang bernama mate lembu, membuat saya dan suami akhirnya menyisir pantai di malam minggu yang saat itu sedang ramai dikunjungi remaja merajut asmara. Sepasang suami istri yang mencari -mate lembu- menjawab rasa penasaran saya. Oh, sejenis keong bercangkang yang bentuk lunaknya seperti kuning telur ayam yang digoreng -mate sapi-.
Penyu kembali dilepaskan ke laut
tanpa di duga kami mendapat informasi ada dua ekor penyu ukuran kecil terperangkap di genangan air di cekungan batu karang yang timbul saat laut surut. Kembali mengobati rasa penasaran kami menyisir pantai dan batuan karang di tepinya berharap menemukan kedua penyu tersebut. Jikalau rezeki, tidaklah kemana. Saat kami memutuskan untuk kembali ke villa setelah cukup lama mencari, satu genangan air yang cukup besar menarik perhatian suami saya. Awalnya kedua penyu sulit dilihat karena tampak seperti karang yang tertutup sedikit pasir. Beruntungnya mereka bergerak sehingga dengan penerangan yang seadanya kami dapat mengantarkan kedua penyu cantik itu kembali ke laut. Ada perasaan senang yang luar biasa tertama untuk suami yang baru pertama kali melihat dan memegang penyu secara live.

22 September 2013, hari Ahad / Minggu.
Pagi ini, saya baru merasakan pegal yang cukup wow. Haha, batuk pun sudah menghampiri saya tanpa diundang. Hal yang biasa untuk stamina yang memang saya gunakan ekstra beberapa hari ini.
Pagi ini suami dan teman berencana snorkling untuk menuntaskan rasa penasarannya karena kondisi air laut yang tidak jernih kemarin siang. Berharap air jernih, mereka merogoh biaya untuk dua set alat snorkling, sedangkan saya memilih untuk menjadi paparazi amatiran saja. Berjalan - jalan atau sekadar duduk di batu besar, saya mencoba mengambil beberapa view yang semoga dapat diabadikan dengan cantik meski menggunakan kamera digital jadul kesayangan. Menikmati tiap inci pantai atai daratan di sini, saya mengklik tombol kamera dari beberapa sisi.
Setelah mandi dan berkemas, pukul 10.00 pagi, kami meninggalkan villa dan jejak kami di pasir pantai Temajuk. Kembali menyusuri jalan darat (bukan pantai) kami sempat singgah ke beberapa tempat dengan pemandangan yang juga berkesan wow. Maha Suci Rabb Pemilik Seluruh Alam Semesta.

Pantai Buaian di Desa Temajuk Kecil yang sempat kami singgahi dalam perjalanan pulang
Semoga kami dapat kembali berkunjung dan berlibur di Pantai Temajuk lain waktu dalam keadaan sehat dan fresh.



Catatan : beberapa keperluan yang saya rasa cukup penting untuk dibawa dalam perjalanan jauh :
- Kamera tentu saja.
- Perlengkapan P3K seperti obat luka luar, plester penutup luka, perban, kapas, alkohol.
- Obat - obatan yang saya anggap dasar seperti Paracetamol, tablet kina.
- Vitamin C dan Vitamin B bila dianggap perlu.
- Minyak Sereh atau sejenisnya untuk mencegah gigitan nyamuk.
- Minyak angin atau minyak kayu putih dan balsem.
- Gunting atau pisau cutter.

Semoga Bermanfaat.
Be Fit, Focus and Fresh.





 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Template by BloggerCandy.com