Pages

Rabu, 22 April 2015

MENGAPA KEBANYAKAN PEREMPUAN MAMPU "MULTI TASKING"?

Para perempuan tentunya, tanpa disadari, terpaksa atau dengan sukarela, dapat melakukan beberapa kegiatan dalam satu waktu. Seorang ibu tentunya, seperti ibunda saya yang luar biasa. Dalam ingatan saya yang masih begitu segar, beliau dapat mengerjakan pekerjaan rumah sembari menyiapkan kami sarapan pagi. Mencuci baju sembari memasak menu makan malam.
Tepat pula itu menjadi tauladan bagi kami. Dua beradik yang sama-sama perempuan cantik. Hehehe.
Keterampilan ibunda membagi waktunya sebagai seorang wanita karir dan seorang istri serta seorang ibu, menjadi inspirasi dan motivasi bagi kami. Meskipun kami sempat mengalami masa-masa remaja yang cukup pembangkang, kami seperti kebanyakan gadis remaja lain sepertinya, sudah memiliki tanggungjawab mengenai keperluan diri sendiri dan tanggungjawab di dalam rumah.
Sekarang kami telah menjadi perempuan dengan tanggungjawab yang semakin kompleks. Setelah sah dinikahi oleh masing-masing pasangan, kami memiliki tanggungjawab lebih besar, tidak lagi hanya kepada diri sendiri dan orangtua, namun terlebih lagi kepada suami.
Multi tasking? Well, seperti kebanyakan perempuan kami pun mengalaminya.
Membuat sarapan, mengemasi rumah dan mengangkat telefon.
Atau seperti sekarang, memasak, mencari literatur tugas kuliah seraya mengunjungi sosial media dan membuat tulisan di blog.
Mengasuh kemenakan, seraya memasak sambil mengerjakan tugas rumah lain?
Why women can multitasking?

Beberapa malam sebelum artikel ini meluncur, saya mengunjungi teman baik yang baru memiliki baby cantik. Tentu saya yang belum menjadi ibu, belum benar-benar paham bagaimana senang dan sulitnya menjadi seorang ibu. Maka mendengarkan kisah-kisahnya tentu menjadi pelajaran yang luar biasa.
Tepat pagi menjelang siang ini, saya juga menjumpai beberapa postingan yang juga membahas mengenai peran seorang ibu yang luar biasa, multi tasking.

Multi tasking adalah kemampuan seseorang untuk melakukan beberapa tugas dalam satu waktu. Kemampuan yang umumnya dimiliki oleh perempuan-perempuan.
Kenapa?
Kenapa perempuan?

Oke.
Berikut ini yang pernah saya baca dari beberapa literatur, yang saya sendiri sudah lupa dimana tepatnya literatur tersebut saya letakkan.
Setidaknya berikut ini yang saya ketahui :
  • Multi tasking pada kebanyakan perempuan disebabkan oleh perempuan memiliki kerucut retina yang lebih lebar yang membuatnya bisa mengawasi beberapa anak secara bersamaan, sedangkan lelaki tidak memiliki retina yang lebar, hingga ia tidak bisa memindai isi kulkas dengan sekali lihat. Para lelaki seringkali tidak bisa menemukan keju di dalam kulkas. Hal ini dikarenakan ketika mencari objek yang memiliki tulisan (kata keju memang ditulis di pembungkusnya), secara alami lelaki akan berupaya mencari barang yang ada tulisan kejunya. Ia hanya bisa menatap lurus ke depan, atau ke objek yang sedang dicarinya. Meski sudut pandangnya sempit, namun lelaki bisa dengan jelas melihat objek yang jauh (kalau berburu mata memang harus fokus ke objek kan?  Ini warisan kebiasaan masa lalu saat pekerjaan lelaki adalah berburu hewan). Otak lelaki memang diciptakan bisa mengkonfigurasikan mata untuk pandangan jarak jauh. Mungkin ini sebabnya, ketika melihat ada cewek cantik di samping mereka, kepala dan mata langsung tertarik untuk fokus ke situ. Ujung-ujungnya...tuing. Aaargg, dicubit istri. Hahaha.
  • Multi tasking pada kebanyakan perempuan diduga karena konstruksi otak perempuan yang berbeda dengan para laki-laki. Umpamanya ruangan aula, konstruksi otak perempuan nyaris seperti aula luas nyaris tanpa sekat berarti yang menandakan caranya memandang segala sesuatu dari satu sudut dengan luas. Sedangkan laki-laki seumpama aula dengan sekat-sekat yang sangat jelas, dimana ia menyimpan ingatan mengenai keluarga, kantor, kehidupan sosialnya dan lain-lain dalam batasan yang jelas dan menurutnya masuk akal, maka tidak aneh mereka menjadi makhluk yang sedikit kurang peka saat ada perubahan dalam satu sekatnya saat ia sedang berada di sekat yang lain.
  • Multi tasking pada kebanyakan perempuan juga dikarenakan kemampuan perempuan dalam merasakan emosi dan perasaan di sekitarnya. Perempuan adalah makhluk yang diciptakan dengan kelebihan berupa perasaan yang lebih peka dan lembut sehingga hal ini akan mengarahkan perempuan pada pengambilan keputusan yang lebih cepat karena lebih melibatkan emosi daripada pikiran. Kemampuan bertindak cepat namun cenderung lebih rentan gegabah ini memantapkan kemampuannya melakukan beberapa tugas secara bersamaan.
That's why, most women can multi tasking.
Sayangnya, kemampuan mengerjakan beberapa tugas secara bersamaan ini adalah penyebab kelelahan secara fisik maupun emosional yang tentunya akan menjadi penyebab utama stres. Multi tasking diduga merupakan salah satu penyebab kepikunan di usia yang belum terlalu tua. Bahkan menurut Dr. Martina W. Nasrun, Sp.KJ(K) , psikiater dari RS Cipto Mangunkusumo Jakarta dalam Kusuma Wulan, multi tasking yang dilakukan secara terus menerus dalam kondisi stres dapat mempercepat munculnya gejala Alzheimer.
Maka kemampuan multi tasking ini meskipun terlihat hebat namun memiliki potensi dampak yang menakutkan. Jadi bagaimana donk?

Sedikit saran dari saya adalah komunikasi.
Banyak dari permasalahan berawal dari komunikasi. Saya masih dalam pernikahan seumur jagung (6 tahun) yang masih dalam tahap belajar ini-itu. Sejak awal kami menyatakan serius menjalin hubungan, kami menjalin komunikasi yang cukup intensif. Baik dari diam dan hanya tatapan mata saja. Beruntungnya saya didampingi pria yang cukup peka terhadap pasangannya.
Sejak awal pernikahan kami sudah menyepakati beberapa aturan main paling mendasar, salah satunya mengenai pembagian tugas dalam rumah tangga.
Alhamdulillah, suami adalah pria yang terbuka pada pembagian tugas tidak berdasarkan gender yang dialami kebanyakan pria dengan budaya ketimuran, Maka, mencuci piring dan mencuci baju ia klaim adalah tugasnya. Memasak, mengemasi rumah dan lainnya menjadi tugas saya yang seringkali pula dibantu suami.

Bukan bermaksud menyombongkan keadaan saya, hanya saja ini dapat dijadikan wacana, bahwa sebenarnya para laki-laki adalah makhluk yang logis. Mereka merancang jadwal dan kesehariannya dengan penjelasan apa dan mengapa. Untuk memperoleh perhatian dan pengertiannya yang seringkali gagal fokus karena kesalahpahaman, maka penjelasan dan komunikasi efektif yang jelas dan minim kalimat panjang akan cukup membantu.
Jelaskan perasaan kita saat kedua pihak tenang. Sambil duduk dengan cemilan sore dan secangkir kopi.
Para laki-laki memiliki kekurangan dalam memahami emosi karena mereka terlalu unggul dalam logika, maka gunakan logika dalam menjelaskan. Jika ternyata terjadi perdebatan, well saya tidak akan menghindarinya. Sampaikan uneg-uneg lalu diam.

Terkadang perdebatan itu dirindukan lho.
Wujud lain dari komunikasi. Hehehe.
Asalkan tetap dengan rasa hormat kepada suami dari seorang istri, perdebatan akan menjadi perekat.
Pastikan gunakan kalimat yang jauh dari kasar dan memicu rasa egois lebih menjadi (seperti kamu, aku, kau) dan jauhi pula perilaku kasar seperti jari menunjuk dan main tangan.

Sincerely,

Ameldalia
(seorang istri rumah tangga)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Template by BloggerCandy.com